Kakap Cerpen Menu
  • 7 Post Formats

    Choose between 7 different post formats (and sticky post)

    7 Post Formats
  • Mobile Ready

    Persona looks great on mobile devices, give it a try!

    Mobile Ready
  • Multiple Layouts Supported

    Full width, with or without a slider, header, pick your version now...

    Multiple Layouts Supported
  • Persona Theme

    Welcome to Persona Theme demo, have a look around...

    Persona Theme

Cintaku Berawal dari Facebook

Rate this Post:

{[['', '', ''], ['', '', ''], ['', '', ''], ['', '', ''], ['', '', '']]}

Permalink:


cinta facebook


Hari ini hari minggu, yaitu hari yang banyak di tunggu-tunggu bagi anak muda zaman sekarang. Tapi tidak denganku, semenjak dia meninggalkanku demi cewek lain, maksudku mantan kekasihku Devid namanya. Seorang cowok yang pernah menjadi sebagian dari hidupku dulu, tak aku sangka cintanya padaku dulu hanya sekedar omong kosong, padahal aku mencintainya lebih dari mencintai diriku sendiri, Apapun kulakukan untuknya dan berkorban untuknya tetapi balasanya hanya penghianatan, Jujur hanya penyesalan yang kini ada di hatiku, Oh tuhan… hapus dia dari ingatanku, aku benci mengingatnya, benci pada semua yang ada pada dirinya.

Tiba-tiba fikiranku tertuju pada akun Facebookku yang sudah lumayan lama gak pernah ku buka, tak usah berfikir panjang aku pun segera mengambil jacket levis abu-abuku dan segera merapikan rambutku yang semula berantkan, aku segera keluar rumah dan menstater sepeda motor maticKu menuju warnet yang berjarak sekitar 1 km dari rumahku, pada saat itu tidak ada orang sama sekali di rumah, ayah dan bunda lagi ke rumah Om dan kakak perempuanku sedang kencan sama pacarnya, jadi lebih leluasa aku pergi tanpa pamit ke mereka.

Tak lama kemudian akhirnya sampai juga aku di sebuah warnet “Heaven Net” aku segera masuk dan kebetulan ada satu tempat yang kosong, aku duduk di tempat nomer 9, segera aku buka akun Facebookku yang sudah lama tak pernah ku buka, rasanya udah rindu pengen chatting sama teman-teman Facebook.

Aku buka pesan di Facebookku, ada 4 inbox yang belum terbaca, Dan kebetulan keempatnya ingin mengajak kenalan, Tapi aku hanya tertarik pada sebuah facebook yang bernama ARJUNA PRANATA dia hanya mengirim pesan “hy?”. aku buka kronologi pria itu dan aku lihat fotonya, dia lumayan tampan dan yang tidak ku sangka dia bersekolah di SMKN 2, yang berarti dia satu sekolah dengan mantanku Devid, rasa ingin membalas inbox itu semakin bertambah, dan akhirnya aku balas inbox itu “hy jg!! cpa iia?” dan segera ku kirim tak lama kemudian dia membalas inboxku “aku juna, boleh kenalan gak?” aku segera membalasnya lagi ”Juna anak mna? Boleh aja knpa enggk.. ” ku tekan tombol enter untuk mengirimnya, beberapa detik kemudian dia membalas “syukur dech kalo” mau kenalan ^_^, nma qm cpa?” aku kembali membalas “Aku Inez ^_^” dan itu berlangsung lumayan lama hingga akhirnya dia meminta nomer HP ku dan aku pun memberinya nomer HPku, pada saat itu aku hanya ingin mencari teman cowok yah sekedar untuk menemani hari-hariku yang kesepian dengan sebuah smsnya agar aku bisa melupakan Devid, tetapi aku salah ternyata sekian lama kita smsan teleponan akhirnya dia pun mengajakku bertemu di sebuah warnet yang tempatnya tepat di depan sekolahnya, aku pun juga penasaran dengan wajah asli pria yang memiliki akun facebook yang bernama ARJUNA PRANATA itu, akirnya akupun mau menemuinya di warnet itu.

Aku datang kesana bersama temanku, amy namanya, tapi saat aku sampai disana dia belum datang, aku putuskan untuk duduk terlebih dulu tanpa menunggunya, aku duduk di nomer 6 dan amy di nomer 7, aku coba sms dia kenapa dia belum datang, dan dia membalas dia akan menemuiku pada saat jam istirahat yaitu setengah 10, tapi saat itu jam menunjukkan jam 9 lebih seperempat.

Aku menunggunya dengan membuka vidio-video drama korea, aku memang sangat menyukai film-film yang berbau korea, beberapa menit kemudian ada pesan masuk di Hpku, ternyata dari juna “kamu di nomer berapa dek?” memang panggilan itu sering dia ucapkan padaku di telfon ataupun di sms, segera aku balas smsnya “nomer 6” belum ada laporan terkirim di Hpku dan aku kira pun Sms itu belum masuk, aku tenang-tenang saja, tapi saat itu juga ada seorang pria yang berdiri tepat di balik komputer yang ada di depanku, dia memberi senyuman padaku tapi aku hanya melongo. segera aku balas senyumannya, aku yakin dia pasti juna, dia sembari menanyaiku “Inez ya..?” tanyanya padaku, “iya kamu juna kan?” balasku “betul sekali” jawabnya dengan senyum yang merekah di bibir merahnya itu, ya ampuun senyumnya manis banget jantung ini berdetak begitu cepat seperti mau copot, oh tuhan apakah dia adalah pangeran langit yang kau turunkan untuk ku, Ah semua hanya hayalku tak mungkin seseorang yang begitu tampan ini bisa menjadi milikku “Huh” dengusku pelan.

Tapi dugaanku salah,sampai pada suatu hari dia mengajakku kencan untuk yang pertama kalinya, aku pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini, aku pun menerima ajakanya.

Akhirnya aku pun pergi berdua denganya, aku tak pernah menyangka bisa sedekat ini sama juna, memeluknya dari belakang saat dia memboncengku, sejenak aku bisa melupakan mantanku yang semula masih kental di memory ingatanku.

Kami berhenti di suatu tempat yang banyak di kunjungi banyak remaja, tak ada rumah hanya pepohonan berbaris baris udaranya sangat dingin. Tetapi mungkin perbedaan mereka sebagai sepasang kekasih tetapi tidak dengan ku dan juna, Just friend.

Aku duduk di sebuah gerdu kecil dan dia menyusul duduk di sampingku, dia memulai perbincangan kami. aku berandai andai, andaikan saja saat ini dia nembak aku, mungkin lengkap sudah kebahagiaanku hari ini, belum berhenti aku berandai andai tiba-tiba juna memandangku dia memegang kedua tanganku, aku sempat tak percaya kalau ini kenyataan aku kira mimpi, ya ampun betapa gembiranya hati ini dia menyatakan perasaannya kalau dia sayang aku dan ingin menjadi pacarku.

Tapi aku tak langsung menerimanya, aku berikan dia satu persyaratan “kalau” kamu memang bener-bener sayang aku dan pengen jadi pacarku aku mau kamu cariin aku bunga mawar putih berduri 100” dia pun mengiyakanya.

Dalam perjalanan pulang aku merasa sangat kedinginan saat di boncengnya, tapi dingin itu berubah menjadi rasa sejuk yang nikmatnya sampai ke relung hati saat dia memegang jemari tanganku, rasanya tak ingin waktu berlalu begitu saja.
Waktu berlalu begitu cepat, 1 minggu setelah kencan pertama itu dia kembali menghubungiku dia berkata sudah dapat bunga yang aku mau, akhinya aku putuskan untuk bertemu denganya di suatu tempat.

Aku menemuinya di salah satu tempat yang mengandung nilai sejarah. Saat aku sampai disana ku lihat di sekelilingku tapi aku tak menemuinya, tak lama kemudian dia sampai di tempat itu dia menemuiku dan membawa bunga mawar putih yang aku inginkan, aku menatapnya dan dia juga menatapku, diam seribu bahasa, tak lama kemudian dia memulai pembicaraan “Gimana, udah resmi kan..?” katanya tersenyum sambil melirikku aku hanya tersenyum tipis sambil melihatnya.

Kami duduk bersandingan di pinggir kolam segaran yang terkenal sejarahnya itu, tidak banyak ucapan yang keluar dari mulut kami berdua jadi terasa sedikit canggung, yah mungkin karena belum terbiasa saja, hemm…
Ku buka lembaran baru dan merobek lembaran lamaku…
Ku buka hatiku tuk cinta baruku dan ku tutup rapat-rapat kenangan masalaluku yang kelam…

Pengarang : Zuly Maulidia

cintaku berawal dari facebook

Pengertian Keperawatan Medikal Bedah

Rate this Post:

{[['', '', ''], ['', '', ''], ['', '', ''], ['', '', ''], ['', '', '']]}

Permalink:

               Keperawatan medical bedah adalah : Pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur akibat trauma.

              Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik, mental, masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat gangguan patofisiologis, (CHS,1992).


Ajari Aku Mencintai-Nya

Rate this Post:

{[['', '', ''], ['', '', ''], ['', '', ''], ['', '', ''], ['', '', '']]}

Permalink:

Namanya Furqan. Dia adalah satu-satunya murid laki-laki di sekolah ini yang tidak terpesona padaku. Oke, karena tidak ada yang tidak terpesona padaku, maka kukatakan dia adalah satu-satunya murid laki-laki di sekolah ini yang BELUM terpesona padaku.

Sebelumnya perkenalkan orang-orang memanggilku Honey. Itulah sebutanku di sekolah ini.  Mungkin karena kecantikanku dan kemanisan wajahku ini. Bisa dibilang aku adalah murid tercantik dan terpopuler di antara semua murid cewek di sekolah ini bahkan senior kelas XII sekalipun. Dengan kepopuleran itu selama bersekolah hampir dua tahun di SMA ini, tidak ada murid laki-laki di sekolah ini yang tidak mengakui kecantikanku. Mereka memuji kecantikanku, dan tentu saja terpesona padaku.

Setiap hari lokerku dipenuhi coklat dan surat warna pink dari mereka yang menyukai ku dan berninat menjadikanku pacarnya. Tidak hanya coklat dan surat cinta, mereka yang nekat bahkan mengadakan semacam cara gila untuk menyatakan perasaannya padaku mulai dari aksi romantis ‘berlutut di depanku di  depan umum’ sampai pakai acara mau bunuh diri. Dan kebanyakan dari mereka harus patah hati.

Asal kalian tahu saja, aku juga menetapkan beberapa standar dan hanya sedikit orang yang bisa memenuhi standar itu. Pernah sekali aku berpacaran dengan Ketua Osis yang merupakan cowok terpopuler di sekolah. Pernah juga aku berpacaran dengan Ketua Tim Basket yang juga merupakan cowok terkeren di sekolah. Tidak ketinggalan cowok tercupu di sekolah ini pun tidak terlewatkan.

Aku  bukan  gadis  pemakai  jilbab  walaupun  memang  kuakui  aku  Islam. Menurutku, banyak cewek yang memakai jilbab tapi tetap saja kelakuannya bahkan  jauh  lebih  rendah  dari  pada  yang  tidak  berjilbab.  Aku  hanya menginginkan suatu saat ketika aku berjilbab, aku bisa memakai jilbab itu dan mengaplikasikannya di dalam penampilanku dan kepribadianku. Benar-benar sesuatu yang nyaris mustahil.

Betapa pun aku ingin memulainya, entah mengapa ada saja halangannya. Seperti,  ketika  aku  menyampaikan  cita-citaku  itu  pada  Rina,  cewek  yang KUKIRA sahabatku. Apa yang terjadi ketika aku cerita tentang ‘cita-cita’ku itu? Diluar dugaan dia malah menertawaiku dan malah mengatakan ‘lo kesurupan apa, Hone (baca: han)’

Walaupun aku bukan pemakai jilbab, tapi kurasa kelakuanku juga tidak seperti yang dipikirkan orang-orang. Aku gadis yang baik, aku tidak pernah mengambil pacar orang, aku juga tidak pernah di luar rumah di atas pukul  7 malam. Kalaupun aku berkencan dengan pacar-pacarku selama ini, itu semua hanya dilakukan di siang menjelang sore hari. Dan yang terpenting, aku juga tidak pernah berpacaran dengan cowok-cowok yang pergaulannya ‘rusak’. Oke, sekian dariku. Sekarang Furqan.

Namanya saja Furqan. Nama itu entah mengapa ketika kusebut, aku selalu merasakan perasaan yang aneh. Furqan. Furqan. Furqan. Dia cowok yang kalau bisa dibilang benar-benar-benar-benar shaleh. Dia kelas XI IPS D. Kerjanya, kalau bukan di mushallah sekolah pasti ada di perpustakaan bagian sejarah Islam dan hukum-hukum Islam. Anak yang benar-benar religius. Sangat jarang atau bahkan sudah tidak ada di seantereo Bandung ini.

Pernah   kudapati   saat   aku   dalam   perjalanan   menuju   sekolah,   ia memberhentikan sepedanya dan membantu seorang nenek renta menyeberang jalan. Pernah juga dia kudapati membagikan nasi bungkus pada gelandangan yang terletak di persimpangan sana, lagi-lagi dengan sepeda tuanya.

Dia anak yang baik. Bukan sekedar baik. Tapi, ah! Susah dijelaskan. Furqan. Tidak  pernah  sekalipun  aku  melihatnya  bersentuhan  tangan  bahkan  duduk dengan cewek mana pun dalam radius  10 meter. Aku juga tidak pernah melihatnya tanpa kopiah atau pun dengan Al-quran mini di tangannya.
Dan sosok Furqan yang sangat religius itulah yang membuatku sangat terpesona sekaligus sangat penasaran padanya.

Tanpa kusadari setiap aku lewat di depan kelasnya, kepalaku selalu menengok ke dalam kelasnya mencari sosok Furqan dengan alasan ingin melihat-lihat stok cowok XI IPS D. Tanpa kusadari juga, aku malah lebih betah di mushollah setiap pulang  sekolah  memerhatikan  sosok  Furqan  yang  sedang  membaca  AlQurannya.
Semakin lama kuperhatikan, semakin aku terjebak oleh pesona religius Furqan. Mungkin dia adalah orang yang bisa merubahku menjadi diriku yang kuinginkan. Aku ingin menjadi wanita mushlimah seutuhnya.

“Furqan ada?” aku menengok ke dalam kelas XI IPS D saat jam istirahat. Sudah kupastikan, Furqan pasti sedang membaca Al-qurannya di pojok ruangan dekat jendela. Seketika seisi kelas memandangiku dan Furqan secara bergantian.

The School’s Princess one bertemu dengan The School’s Religious one. Semua merasa aneh dengan itu. Dan sebenarnya kalau boleh jujur, aku juga merasa aneh.

Aku duduk kira-kira 7 meter di depan Furqan. Kami berdua hanya duduk tanpa tahu harus memulai dari mana percakapan ini.

“maaf mengganggumu dan menyita waktumu” aku bicara tanpa melihatnya dan malah memerhatikan bunga-bunga yang ada di sekelilingku.

“kalau kau bicara seperti itu, berarti ada sesuatu yang penting” jawabnya dengan nada datar. Entah mengapa saat ini aku baru menyadari kekerenan, pesona, dan ketampanan Furqan.

“hmm…” aku berdehem “aku ingin menjadi wanita mushlimah seutuhnya. Bisa kau membantuku?”

Furqan menampakkan ekspresi heran sesaat dan akhirnya dia tersenyum. Sudah kubilang dia itu tampan. “dengan senang hati akan aku bantu”

Aku berdehem  “aku ingin menjadi wanita mushlimah seutuhnya. Bisa kau membantuku?”

Furqan menampakkan ekspresi heran sesaat dan akhirnya dia tersenyum. Sudah kubilang dia itu tampan. “dengan senang hati akan aku bantu”

Aku  masih  saja  terbayang  dengan  percakapan  pertamaku  dengan  Furqan kemarin. Entah mengapa saat kukatakan aku ingin menjadi wanita muslim seutuhnya, di luar dugaanku, ia malah akan membantuku. Memang aku yakin dia akan membantuku, tapi bisa saja dengan image-ku selama ini, dia malah akan menertawaiku.

Dia berbeda dengan yang lain. Aku yakin itu dan memang, ia berbeda dengan yang lain. Dia anak SMA jurusan IPS yang sangat religius. Kemarin, aku datang menemuinya di kelas untuk mengembalikan buku ibunya, aku sadar, semua orang pasti memerhatikan kami dan pasti berita itu akan tersebar sampai seantereo sekolah.
Tapi, setidaknya kumohon, jangan sampai Ryan yang mengetahui itu.

Oke, sekedar info saja, sekarang status ku sedang tidak berada dalam status jomblo. Yang parahnya lagi, pacarku saat ini over protectif padaku. Bertemu dengan orang lain saja aku harus melapor padanya. Kuharap Ryan tidak tahu ini, walaupun ini nyaris mustahil.

“untuk menjadi seorang muslimah yang kau inginkan..” seperti biasa Furqan sedang berada di perpustakaan membaca buku-buku agama lainnya. Tapi, kali ini dengan kehadiranku di sini, jadilah kegiatan Furqan berubah. Ia bagaikan guru kepribadian bagiku.

Furqan  memberitahuku  semua  yang  ia  ketahui  tentang  menjadi  seorang muslimah yang baik. Mulai cara berbusana sampai cara bersikap semua ia ajarkan padaku. Termasuk hukum berpacaran dalam Islam yang tidak pernah kuketahui dari dulu.

Sadar atau tidak, aku mulai mengucapkan assalamualaikum dalam menjawab teleponku. Setiap aku bertemu dengan teman-temanku, aku tersenyum dan mengucapkan salam. Aku juga tidak lagi menggunakan pakaian yang terlalu ketat, dan aku juga tidak lagi mengumbar senyum sana sini bahkan aku menjadi salah satu anggota remaja mushollah di sekolahku.
Dengan perubahan ini,  aku  mulai  merasa  tenang,  damai,  dan  akh!  Susah dijelaskan, intinya semua ini memberiku banyak perubahan yang sangat sangat bermanfaat bagiku.

Sekarang mengenai Furqan. Sekarang ia sudah mulai bersahabat denganku. Entah   itu   cuman  khayalanku  semata  atau  memang  dia  sepertinya memerlakukanku berbeda dengan yang lainnya. Apakah ini hanya perasaan ku atau bukan aku juga tidak tahu pasti.

Saat pulang sekolah, tiba-tiba saja hujan langsung turun dengan lebatnya. Spontan aku langsung menuju halte bus terdekat dan berteduh di sana. Siapa sangka  di  sana  sudah  berdiri  Furqan  yang  juga  sedang  menunggu  hujan berhenti. Aku tahu itu Furqan dan aku mengucapkan salam seperti biasa. Dia juga menjawabnya dengan biasa.

Mungkin Furqan risih dengan keberadaanku dalam jarak kurang dari 5 meter darinya, Furqan sedikit ke samping untuk memperluas jarak kami. Walaupun itu berarti  sebagian  tubuhnya harus terkena hujan. Kemudian aku dan Furqan hanya sibuk dengan pikiran kami masing-masing.

“Uswahtun Hasanah” Furqan membuatku kaget dengan gumamannya. Sudah hampir dua tahun aku tidak pernah mendengar kata itu. “aku sangat suka nama itu” Furqan berbalik ke arahku dan berkata“bagaimana menurutmu Uswahtun Hasanah?”

Aku kaget luar biasa kaget, bagaimana mungkin ia tahu nama asliku. Nama yang bahkan guru sekalipun sudah lupakan, nama yang sudah tergantikan dengan nama pemberian teman-teman SMP ku, nama yang bahkan hampir kulupakan. Bagaimana mungkin, Furqan, bisa mengetahui itu?

“setelah  kau  melupakanku,  apakah  kau  bahkan  melupakan  nama  aslimu, Uswah?” aku masih tidak berkata-kata mendengar kalimat yang ditanyakan Furqan.

“kau lebih cocok menggunakan nama itu, karena nama itu istimewa.” Furqan melepas kacamatanya, “apa benar kau melupakan aku, Uswah?”

Semua terasa seperti mimpi. Aku tidak sadar dan mungkin tidak pernah sadar dengan siapa sebenarnya Furqan itu. Aku tidak pernah menyangka Furqan yang ini adalah Furqan yang itu. “kadangkala masa lalumu justru datang disaat masa lalu itu sudah terlupakan” dan kata-kata nenek dulu benar. Hhhh!

hanya mendesah mendapat kenyataan ini. Hanya mendesah berat dan tidak berbuat apa-apa karena aku memang tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau ia Furqan  yang  itu,  bagaimana  dengan ‘perubahanku-menjadi-muslimah-yangkuinginkan?’ apakah lagi-lagi harus berhenti di tengah jalan?

Keesokan  paginya  begitu  aku  melewati  gerbang  sekolah,  mataku  langsung menangkap sosok Furqan dengan sepeda tuanya. Astaga! Aku tidak bisa berkata apa-apa. Ingin rasanya aku menghilang tapi, saat aku baru saja ingin berbalik, ia malah melihatku.

Apa yang harus kulakukan? Dia tersenyum padaku. He-eh? Tersenyum? Aku berbalik ke belakang memastikan siapa sebenarnya yang sedang ia senyumi. Dan aku mendapati tidak ada orang disana.
Semuanya harus kuhadapi. Aku berjalan ke Furqan dan aku tersenyum padanya

“Assalamualaikum…”

“assalamualaikum”  aku  menyapa dan tersenyum pada Furqan dengan hati riang, seolah percakapan kami kemarin tidak pernah terjadi. Saat ini hanya ada satu alasan dalam hatiku, kumohon buat Furqan melupakan percakapan kami kemarin. Ya, percakapan kami.

Tidak terasa satu tahun sudah aku mengenakan jilbab ini. Kain putih yang kugunakan untuk menutup auratku. Benar-benar perubahan yang mencolok dari seorang Honey. Seorang yang dulunya terkenal dengan image cantik, banyak pacar, banyak mantan, dan entahlah apalagi. Kalau boleh jujur aku senang dengan perubahanku ini.

Aku senang bukan berarti semua ini terjadi begitu saja tanpa perjuangan yang keras. Awalnya, mantan-mantanku mengatakan bahwa aku salah pilih jalan, cewek-cewek centil  yang  dulu  selalu  bergaul  dengan  ku  juga  bilang  aku kesambet setan entah darimana. Dan paling parahnya lagi, orang tuaku sendiri bahkan bilang aku sepertinya terkena amnesia, entah terbentur dimana.

Lantas  apa yang kulakukan? Bukan Honey namanya kalau tidak melakukan perlawanan dan mematikan orang-orang yang berkata begitu. Tapi, itu dulu. Sekarang, seperti yang diajarkan Furqan, semuanya akan indah jika dilandaskan dengan ketulusan dan keikhlasan serta ditopang dengan kesabaran.

Aku mengerti apa yang Furqan katakan dan melakukan semuanya. Intinya, berkat Furqan aku bias melalui semua itu dengan baik. Dan sekarang, aku bukan lagi Honey yang cantik, banyak pacar, banyak mantan tapi menjadi seorang Uswahtun Hasanah yang muslimah. Merupakan pasangan yang cocok untuk Furqan.
Sekarang, beralih ke tema lain. Aku adalah pasangan yang cocok untuk Furqan. Siapa yang bilang itu? Entahlah tidak ada yang tahu. Tidak jelas siapa yang bilang  pertama,  atau  sejak  kapan  gossip  itu  beredar.  Yang  pasti,  itu membuatku sadar akan suatu hal. Apa itu?

Perasaan ku pada Furqan. Sebenarnya, apa perasaanku pada Furqan? Hanya seorang teman, sahabat, sahabat dekat, atau lebih? Aku masih bingung. Aku merasa perasaanku pada Furqan lebih dari sepasang sahabat dekat, ya, aku pikir begitu. Sayangnya, aku tidak pernah memikirkan perasaanku pada Furqan seperti itu. Kurasa, aku menyebut perasaan ini sebagai sesuatu yang berada antara kagum, sahabat, dan cinta.

Itulah perasaanku pada Furqan. Masih mengambang. Tidak jelas. Lantas apa perasaan Furqan padaku? Bagaimana perasaan seorang Furqan pada ku? Aku masih sibuk menerka-nerka seperti apa perasaan Furqan padaku, sampai siang ini.
Bel pulang berbunyi, aku sibuk memasukkan semua buku-bukuku dalam tas dan hendak pulang. Siapa sangka Furqan sudah berada di depan pintu kelasku. Apa yang dia lakukan? Tentu saja menungguku.

“Assalaamualaikum“ sapaku pada Furqan dengan senyuman seperti biasa

Furqan tidak menjawab salamku dan sibuk dengan tatapannya yang menatap… ke arahku! Mendapati aku sedang ditatap oleh Furqan aku menunduk, berusaha menyembunyikan wajah ku yang memerah lantaran malu. Furqan menggeleng sebentar dan akhirnya dia menjawab salamku “Waalaikum salam“ “Ada apa? “

“Tidak  ada  apa-apa,  aku  hanya  mengingatkanmu,  bada  ashar  nanti,  ada pengajian di rumahku. Ibuku menyuruhmu untuk dating ke pengajian itu. “ Jelas Furqan siap “Kau tidak ada acara bukan?“

Aku menggeleng pelan seraya berkata tentu saja tidak kami berdua berjalan beriringan. Furqan, sepeda tuanya, dan aku. Kami membicarakan banyak hal. Ya, setidaknya, lebih banyak dari yang dulu. Bahkan, kudapati  Furqan  tertawa ,  mendengar  ceritaku  tentang  pendapat orang tuaku mengenai jilbab ku ini. Pemandangan yang langka melihatnya tertawa. Tanpa sadar aku menatap Furqan.

“Uswah“ panggil Furqan padaku. Nada bicaranya agak aneh. Aku menggeleng sebentar dan menjawab “Ya?“ menunduk  sebentar  dan  memberhentikan  langkahnya. “Aku  tidak pernah melakukan ini sebelumnya.“ Aku belum pernah menyatakan perasaanku pada perempuan mana pun. Kuperhatikan keringat dingin mengalir dari leher dan dahi Furqan. Setegang itukah dia?

“Lalu?“

“Maaf saja, jika aku menyatakan perasaanku padamu tidak seperti mantanmantan mu yang lalu.“

Otakku berjalan lebih lambat dari biasanya. Aku belum bias mencerna apa yang dikatakan  Furqan.  Aku  harap kau bersedia  menerima perasaanku padamu. Hening. Aku bahkan bias mendengar dentingan detik jam tangan Furqan saking heningnya. Padahal, ini jam sekolah. Motor, mobil saling membunyikan klakson bersahut-sahutan.

“Tidak bisa.“ Kata-kata itu langsung keluar dari mulutku begitu saja. Refleks. Aku  tidak  bisa  menerima  perasaanmu  itu  Furqan.  Mendengar  itu  Furqan terkejut begitu pula aku.

“Maksudmu?“

“Aku tidak bisa menerima perasaanmu itu. Aku belum siap. Aku masih perlu banyak belajar  dengan  kemuslimahanku  ini.  Sekarang  ini,  aku  ingin  focus Furqan. Aku ingin focus pada cita-citaku dan cinta-Nya.“ Jantungku berdegup kencang mengatakan itu. Alhamdulillah, ini cobaan lainnya.

Furqan tersenyum masam. “Kau benar-benar berubah, Uswahtun Hasanah.“ “Ya, itulah aku berkat kau.“ Jawabku dengan senyuman juga. “Lalu? Bagaimana perasaanmu padaku?“ Tanya Furqan lagi.

Aku menghentikan langkahku, begitu juga dengan Furqan. Aku bingung harus berkata apa, Bismillahhirrahmanirrahim “aku juga punya perasaan yang sama padamu“ dan aku berlari kecil meninggalkan Furqan yang masih mematung dengan jawaban ku tadi.
REUNI SMA Negeri 3 Bandung tahun angkatan 2011/2012. Aku membaca pelan undangan reuni SMA ku ini. Ini akan dilakukan 3 hari lagi. Hhhh! Aku menutup mata pelan. Berusaha menenangkan pikiranku setelah hampir 6 jam disibukkan mengajar anak TK ini.
Disaat  itulah  aku  melihatnya  lagi.  Aku  melihat  kejadian  ketika  Furqan menyatakan  perasaannya  padaku.  Dan  betapa  bodohnya  aku,  aku  malah menolak Furqan. Padahal aku memiliki perasaan yang sama dengannya. Hhhh!!

Kuharap aku masih punya kesempatan lagi. Setidaknya untuk melihat Furqan. Menyadari keinginan ku itu. Aku membuka mata dan mengambil undangan reuni itu. REUNI. Mungkin Furqan akan dating di sana.
Harus  kuakui.  Aku  dan  Furqan  semacam  kehilangan  kontak  sama  sekali. Terakhir  bertemu  dengannya  saat  aku  pamitan  akan  kembali  ke  Aceh mengikuti Nenekku. Hanya sampai disitu. Terlebih lagi ponselku yang berisi nomer ponsel Furqan pun raib dicuri.

Tanpa tunggu lagi,  aku  langsung  mengambil  tasku  dan  menuju  ke ruang kepsek.  Aku  ingin  minta  cuti.  Dan  siapa  sangka  kepsek  memberikan  cuti seminggu. Ku rasa seminggu itu cukup. Aku mengucapkan terima kasih.

Sampai dirumah, aku langsung mengambil baju dan memasukkannya ke dalam tas tangan yang cukup besar. Aku berencan untuk tinggal disana beberapa hari, setidaknya aku juga bisa melihat keadaan rumah peninggalan mendiang ayah dan ibu.

Setelah  beberapa  hari  perjalanan,  akhirnya  aku  sampai  di  Bandung.  Aku menuju ke rumah orang tuaku dulu, dan berharap ada kamar kosong yang bisa kugunakan  untuk  tinggal  beberapa  hari  ini.  Pasalnya,  rumah  ini  sudah dijadikan rumah kos-kosan. Ya. Mudah-mudahan saja.

Akhirnya hari yang kutunggu-tunggu pun tiba. Aku diantar oleh Rasma, yang menyewa kos-kosan di rumahku mengantar ku ke SMA ku tempat reuni itu. Hatiku deg-degan membayangkan bagaimana Furqan sekarang ini. Aku berdoa dalam hati agar Furqan bisa hadir dalam Reuni ini. Insya Allah.

Aku memasuki aula tempat reuni itu. Sampai acara dimulai aku terus saja mencari Furqan. Aku mendesah mendapati kenyataan bahwa tidak ada Furqan di sini bahkan setelah acara reuni ini selesai. Dan jadilah reuni yang kutunggutunggu menjadi hal yang tidak begitu penting lagi.

Sekarang penyesalan membumbung tinggi dalam hatiku. Semestinya aku tidak menolak Furqan, semestinya aku tidak pergi ke Aceh, dan semestinya ponselku tidak  hilang.  Aku  berusaha  menyalahkan  semuanya.  Bahkan  aku  sampai menyalahkan orang tua ku yang meninggal di saat yang tidak tepat.

Aku khilaf. Astagfirullah, aku mengucapkan kalimat itu berulang kali hingga aku menitikkan air mata. Aku terduduk di taman dimana aku dan Furqan dulu pertama kali  bicara.  Pelan-pelan  air  mataku  terus  jatuh  hingga  akhirnya mengalir dengan deras.

“Tidak ada yang salah“. Aku mengucapkan kalimat itu sambil menyeka air mata yang terus mengalir di pipiku . “Tidak ada yang salah kecuali aku. Aku benar-benar menyesal“

“Uswah? Apa itu benar kau? “

Aku berbalik mendapati suara yang tidak asing lagi di telinga aku. Senyumku merekah walau dengan air mata yang masih mengalir begitu mengetahui orang itu adalah Furqan. “Furqan? “

“Ya ini aku. Furqan. Aku sudah mencari-carimu kemana-mana.“ Aku masih terdiam dan terus memandangi wajah Furqan. “Apa yang kau lakukan di sini. Ayo, kuantar kau pulang.“

Aku menurut saja ketika Furqan memberikan ku isyarat agar mengikutinya. Aku masih sibuk memandangi punggung Furqan yang masih berjalan ketika tiba-tiba ia berhenti. Spontan aku pun berhenti.

“Aku sudah menunggu terlalu lama. 10 tahun Uswah.“ Furqan menunjukkan 10 jarinya “aku takkan basa basi lagi. Dengan seluruh kesadaranku, restu Allah, dan restu Orang tua ku“ Furqan berhenti bicara dan menarik napas dalam “Bismillahirrahmanirrahim mau kah kau menjadi pendampingku sampai Tuhan mencabut nyawa kita masing-masing?“

Aku tidak pernah membayangkan ini. Aku dilamar Furqan? Ini sama sekali tidak ada  dalam  banyanganku.  Hening.  Sampai-sampai  aku  bisa  mendengar dentingan detik jam tangan Furqan sama seperti dulu. 10 tahun lalu.

Ketika  Furqan menyatakan perasaannya padaku dan aku menolaknya. Dan malah membuatku menyesal. Aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama. “Bismillahirrahmanirrahim ya, aku bersedia. Agar kau bisa lebih mengAjari Aku Mencintai-Nya“ 

2 Perbedaan 1 Hati

Rate this Post:

{[['', '', ''], ['', '', ''], ['', '', ''], ['', '', ''], ['', '', '']]}

Permalink:

2 perbedaan 1 hati
2 Perbedaan 1 Hati adalah slogan saya yang selalu saya gunakan dalam setiap blog yang pernah saya punya, ya itu semua karena menyangkut kisah perjalanan cinta kami yang berusaha dan sebisa mungkin memadukan perbedaanperbedaan selama ini ketika masih pacaran dan setelah menikah. Dan yang terberat adalah ketika perbedaan agama yang begitu mengganjal dalam hati kami masing-masingmenjadi sebuah rintangan yang ditentang oleh orang tua istriku saat itu.

Tak mudah memang memadukan perbedaan untuk dijadikan sebuah persamaan, didalamnya butuh pengorbanan yang musti dilakuin oleh kedua-duanya tapi ketika menyangkut masalah akidah mau tidak mau harus salah satu yang mengalah. Cinta memang tak pernah mengenal suku bangsa ataupun warna kulit, pertemuan kami adalah pertemuan yang sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa.

Cinta itu buta itulah yang terjadi padaku, walau udah tahu yang akan terjadi seandainya cinta kami bersemi, tapi itulah cinta karena saat itu kami hanya ingin menikmati masa muda kami tak pernah terpikirpun seandainya cinta kami lebih dalam maka perbedaan yang ada akan menjadi letupan disetiap perjalanannya, satu pandangan saat itu adalah toh ini hanya pacaran masalah nikah belum terpikirkan namun ketika kami satu sama lain saling merasakan kecocokan dan saling mengisi kekosongan yang ada hampir selama 5 tahun, bentangan perbedaan yang Awalnya kami mampu tapi lama-kelamaan kami pun tak kuasa menahannya.

Kata putus adalah sebuah perpisahan yang harus saya jalani pertama kali dengan dirinya di tahun 2003 tapi ya itu dia karena cinta akhirnya kami kembali bersatu dan terucap lagi kata putus dan tersambung kembali kata cinta di hati kami.
Kesabaran atas kesetiaan yang aku jalani akhirnya terpecah juga, ketika letupan yang begitu membesar tak dapat aku tahan datanglah seseorang yang memberikan harapan dengan memberikan persamaan dalam kehidupan saya terutama agama, saat itulah rasa bimbang begitu menggelayut dalam hati saya antara pilihan 2 hati yang satu sama lain memberikan arti, sebagai lelaki akhirnya saya berterus terang kepada 2 hati itu kalo saya mendua dengan alasan adanya kebimbangan saya, hhhmmm sungguh jawaban yang saya terima diluar dugaan kedua-duanya menerima alasan saya dan menyerahkan keputusan yang terbaik kepada saya...sungguh kebimbangan saya terasa makin berat, tapi ketika saya
tumpahkan isi hati saya lewat Shalat Istikhoroh yang saya lakukan akhirnya kemantapan pilihan itu datang.....ya akhirnya saya memilih 1 hati yang penuh dengan perbedaan karena hati itu telah mengorbankan sesuatu yang saklar dalam
hidupnya...yaitu pindahnya keyakinan khalisa (nama islam istriku) ke keyakinan yang saya anut.

Akhirnya perjalanan yang penuh liku itu saya tumpahkan dihari saklar kami berdua yaitu 26 Juni 2005, ketika berada dipangkuan ibu saya...saya menangis sejadi-jadinya.....sedih dan bahagia bercampur jadi satu..mengingat saat itu pernikahan kami tanpa ditemani kedua orang tua dan saudara dari isitriku.....ya pernikahan itu terjadi ditempat saya Itulah 2 Perbedaan yang menjadi 1 Hati, teringat sebuah sms yang dulu pernah saya kirim kepada istri saya sampai istri saya menagis......
"....Jika suatu hari aku mati, aku berharap berada dipangkuan kamu sayang dan aku harap kamu tetap tersenyum...."


Makasih buat Hanafishah atas instrumen lagunya dari Hadad Alwi.....yang menemani cerita ini saya buat.....

Example Styles